Sumber :PR
ALUNAN nada yang membentuk harmonisasi lagu menggema di halaman kampus
Universitas Padjadjaran Jln. Dipati Ukur Bandung, Senin (27/8) siang. Lebih
dari sepuluh ribu pasang tangan memainkan alat musik tradisional angklung,
dan memanjakan ribuan pasang telinga yang mendengarnya.
RIBUAN mahasiswa baru dan "civitas academica" Unpad memainkan alat musik
tradisional angklung dalam upaya memecahkan rekor Muri di kampus Universitas
Padjadjaran Jln. Dipati Ukur Bandung, Senin (27/8). Acara yang merupakan
rangkaian acara Dies Natalis ke-50 Unpad itu dihadiri Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Jero Wacik, Gubernur Jabar Danny Setiawan, Ketua DPRD Jabar
H.A.M. Ruslan, dan Rektor Unpad Ganjar Kurnia.*ANDRI GURNITA/"PR"
Bukan seniman atau pemain musik profesional yang memainkan alat musik yang
terbuat dari bambu itu. Namun, mereka adalah para mahasiswa baru Unpad, baik
dari program D-3, S-1, maupun dari program ekstensi, yang sebagian besar
baru pertama kali memegang dan memainkan alat musik angklung.
Bersama para dosen, guru besar, Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan, Ketua
DPRD Jawa Barat H.A.M. Ruslan, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero
Wacik, serta Pemimpin Umum Pikiran Rakyat H. Syafik Umar, para mahasiswa
baru itu menorehkan sejarah dengan memecahkan rekor Muri bermain angklung
dengan peserta terbanyak.
Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Dies Natalis ke-50
Unpad.
Di bawah bimbingan konduktor Ika Widia dari Saung Angklung Mang Udjo, ribuan
pemain angklung itu mampu melantunkan lima lagu yang diajarkan secara instan
saat itu juga.
Hanya dalam waktu beberapa menit, para pemain angklung dadakan tersebut
melantunkan lagu "Father Jacob", "Hymne Unpad", "Indonesia Pusaka", "You
Raise Me Up", dan "Pileuleuyan" , disertai lantunan suara Andien, Dwiki
Darmawan, dan Arumba Saung Angklung Udjo Band.
Tak tanggung-tanggung, empat penghargaan sekaligus diberikan atas pemecahan
rekor Muri itu.
Jaya Suprana sebagai Ketua Umum Muri dan Ayliawati sebagai Direktur Museum
Rekor Indonesia menyerahkan penghargaan kepada Rektor Unpad Ganjar Kurnia,
Ketua Panitia Dies Natalis Unpad Sutyastie Sumitro Remi beserta panitia
penerimaan mahasiswa baru, Saung Angklung Udjo, dan Depbudpar.
Jaya Suprana mengatakan, pemecahan rekor Muri angklung dengan peserta
terbanyak ini bukan hanya menjadi rekor di Indonesia. Akan tetapi, menjadi
rekor dunia karena ini pertama kali angklung dimainkan sepuluh ribu peserta.
"Tidak usah bingung melegitimasi. Kita sendiri yang mengakui bahwa ini
sebagai rekor dunia dan diakui oleh dunia," katanya.
Rekor Muri untuk permainan angklung sebelumnya dilakukan pada 8 Juli 2006.
Ketika itu, sebanyak 2.421 karyawan BNI memainkan angklung bersama.
Daftarkan ke UNESCO
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, pihaknya akan
mendaftarkan angklung agar diakui UNESCO sebagai alat musik tradisional
Indonesia. Sebab, saat ini menurut Jero, angklung sudah mulai diklaim
sebagai alat musik milik negara Malaysia.
"Minggu lalu, kami sudah mendaftarkan angklung kepada UNESCO dan sekarang
masih dalam proses. Bisa jadi, bukan hanya negara kita yang mendaftarkan dan
UNESCO pasti akan mengkaji dan mencari tahu di negara mana angklung ini
pertama kali ada," katanya.
Sementara pimpinan Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat Udjo mengaku sangat
bangga sekaligus terbantu dengan adanya pemecahan rekor Muri ini. Sebab,
menurut dia, dengan dimainkannya angklung oleh masyarakat Indonesia maka
negara mana pun tidak akan berani mengklaim bahwa angklung adalah milik
mereka.
Kebanggaan dan rasa kecintaan juga hadir di antara para guru besar Unpad.
Bahkan, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unpad, Eky Setiawan mengaku sangat
bangga menjadi bangsa Indonesia.
Jero Wacik menambahkan, dirinya berharap bisa mewujudkan pendirian museum
film dan musik Indonesia yang menampung seluruh alat musik tradisional tanah
air dan film-film produksi tanah air karena selama ini seluruh alat musik
Indonesia hanya dititipkan di museum yang ada.
"Itu adalah agenda utama saya. Tetapi, sekali lagi kami terkendala soal
dana. Namun, bukan berarti kami berhenti, semuanya harus diperjuangkan.
Berjuang untuk kebudayaan. Sebab, apa lagi yang bisa kita banggakan selain
budaya bangsa kita sendiri," katanya.
Jero berharap masyarakat bisa mencintai budaya sendiri. Salah satunya,
dengan menonton dan menikmati suguhan budaya. "Separuh waktu saya digunakan
untuk menonton, dan dengan cara ini budaya kita bisa terangkat dan terdorong
agar jangan sampai punah. Coba saja setiap gubernur, wali kota, atau rektor
selalu menonton pergelaran budaya, saya yakin mereka akan terus berupaya
untuk melestarikan budaya tersebut," ungkapnya. (Nuryani/"PR" )***
Iklan oleh Google
Rekor Muri Angklung Tercipta di Unpad
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar