Iklan oleh Google

Tukang Kayu dan Rumahnya

ini ada kisah menarik ...

Seorang tukang kayu yang sudah tua dan tidak lagi mampu bekerja karena alasan fisik, bermaksud
pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi. Ia menyampaikan
keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tidak lagi
bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya untuk menghidupi keluarganya.
Namun keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan
menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja
terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah
rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan
pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin
segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan persaan malas dan
ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Dan saat membangun rumah pesanan
majikannya itu, ia menggunakan bahan-bahan dengan kualitas yang sangat rendah.
Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah dengan
kualitas yang baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi
yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang
melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang
kayu. "Ini adalah rumahmu," katanya, "hadiah dari kami."

Betapa
terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia
mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia
tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus
tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita
yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha
ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian
terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan
kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita
hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita
menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh
berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah
yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan,
mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan
sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup.
Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk
hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi.
Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari
perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan
masuk dalam barisan kemenangan.

Hidup adalah proyek yang kau kerjakan
sendiri

Tidak ada komentar: